Selasa, 26 Februari 2008
JEJAK-JEJAK IBLIS DI DEVON
“Sebuah sensasi membuncah di wilayah Topsham, Lympstone, Exmouth, Teighmouth dan Dawlish di selatan Devon, yang dipicu oleh penemuan sejumlah besar jejak-jejak kaki yang aneh dan misterius. Sejauh ini dipercaya sebagai tanda yang dibuat langsung oleh iblis…”
Begitu kutipan dari surat kabar kuno The Times terbitan 16 Februari 1855, sebuah lead berita yang membahas soal jejak-jejak misterius yang muncul di atas lapisan salju yang menutup wilayah Devon di bagian selatan Inggris.
Kisah ini berawal saat puncak musim dingin melanda wilayah selatan Inggris, awal Februari 1855. Dimulai saat malam 7 Februari sampai dinihari 8 Februari 1855, salju tebal turun dan menutup seluruh daratan di wilayah Devon dengan warna putih yang dingin. Seorang tukang roti di kota kecil Topsham, mengawali harinya dengan sebuah kejutan. Ia menemukan jejak-jejak aneh di dekat tokonya. Jejak-jejak berderet itu tampak masih begitu segar dan sangat jelas.
Ia keluar sebentar dari tokonya, melihat jejak itu memanjang menuju wilayah sekitar. Saat berbalik akan masuk kembali ke tokonya, ia terkejut melihat jejak yang sama menempel di tembok tokonya, menuju atap. Ada lima bekas jejak yang terlihat jelas. Walau heran, tetapi ia tak mau berpikir panjang.
Tetapi kehebohan segera terjadi di pagi itu. Para tetangga yang berkunjung ke toko roti itu ramai bertutur soal jejak misterius yang terlihat di seluruh wilayah.
Bukan hanya di Topsham, jejak-jejak yang sama juga menyebar di lima wilayah dalam Distrik Devon, Inggris. Sebuah jejak berukuran sama, panjang 4 inci, lebar 2,75 inci, dengan jarak antara 8 inci per jejak.
Jejak-jejak itu terlihat di semua tempat dalam varian zig-zag dengan pola gerakan tertentu, mulai dari jalan raya, pekarangan rumah, kebun, tembok pagar, atap, kandang kuda, belukar hingga di hutan. Bahkan jejak itu juga terlihat di lapisan atas Sungai Exe yang membeku di sekitar wilayah Devon.
Hasil penelusuran merujuk pada sebuah rentang jejak yang panjang. Berawal dari wilayah Topshan dan Bicton di utara Devon, melintasi Exmouth, menyeberangi tepian perairan dekat Kastil Powdersham, terus bersambung ke berbagai kebun, permukiman, taman dan berakhir di wilayah Dawles dan Totnes di selatan Devon. Jejak aneh yang misterius itu terlihat sampai jarak ratusan mil.
Agaknya jejak-jejak itu tak terhalang oleh rintangan apa pun. Jika berhadapan dengan tembok, jejak terlihat mendaki sampai ke puncak, jejak itu juga terlihat menembus tumpukan jerami pakan ternak, meniti lubang kecil berdiameter 6 inci di dinding belakang gudang. Bahkan ada juga jejak yang melintasi saluran air bawah tanah dan menerobos pipa air.
Jejak itu tampak cukup dalam dan jelas di atas salju dan lapisan sungai yang membeku. Bekasnya seperti besi panas, sehingga mampu meninggalkan jejak menghitam di dinding rumah yang tidak tertutup salju. Di salah satu gereja di wilayah Woodbury, Devon, jejak itu membekas di pintu gereja. Terlihat seperti bekas tempelan benda panas yang jelas. Bahkan di bekas jejak di wilayah Dawlish yang menghilang ke sebuah rekahan celah di tanah, anjing-anjing meronta dan melolong seperti ketakutan.
Sejumlah besar kelompok masyarakat sejak pagi, berinisiatif meneliti dan mengikuti jejak-jejak aneh itu. Mereka mempersenjatai diri dengan garpu kebun, sekop, bahkan alat pemukul. Takut kalau-kalau binatang buas telah berkeliaran di sekitar wilayah mereka. Mereka mengikuti jejak itu bersama anjing-anjingnya hingga malam, namun anjing terus melolong dan berontak untuk tidak melanjutkan pencarian. Alhasil, kelompok itu tidak menemukan apa-apa kecuali jejak yang tetap terlihat hingga malam. Keanehan demi keanehan membuat mereka mulai dikecam rasa takut dan kepanikan.
Melihat jejak yang terpatri di atas salju, es dan banyak tempat lainnya, mereka berkesimpulan bahwa itu sama sekali bukan jejak binatang. Bentuknya mirip ladam kuda, namun dalam tekstur yang aneh seperti kuku binatang bercabang dua (kuku belah) dan berdiri di atas kedua kaki. Di tengah kekalutan, muncul anggapan bahwa itu adalah jejak-jejak “Old Nick” dalam legenda Inggris, makhluk yang dipercaya sebagai iblis yang menampakkan diri ke bumi. Jejak itu memberi pesan ancaman kutukan iblis! Benarkah?
Wilayah Itu Bernama Devon
Devon adalah sebuah distrik di wilayah baratdaya Inggris, wilayah yang terdiri dari kota-kota kecil di hamparan teritori seluas 6.710 km persegi. Dihuni kurang dari satu juta penduduk, Devon terletak di antara dua perairan, yakni Selat Inggris (English Channel) di selatan dan Selat Bristol (Bristol Channel) di utara.
Devon terkenal dengan berbagai pemandangan alamnya yang indah. Kini menjadi salah satu daerah tujuan wisata utama di Inggris. Mulai dari wisata laut, pantai, perbukitan, lembah, hingga wisata alam pedalaman di Dartmoor National Park. Ada dua sungai utama yang mengalir di wilayah Devon, yakni Sungai Tamar dan Sungai Exe.
Sejak zaman dulu, Devon telah menjadi wilayah yang sangat tenang dan damai. Terkenal dengan alamnya yang indah dan salju yang memukau di musim dingin. Namun juga dikenang sebagai salah satu daerah dengan misteri alam yang luar biasa. Jejak-jejak iblis menjadi satu kisah misteri yang tersisa di Devon.
Telapak Kaki Iblis yang Tak Terjelaskan
Jejak-jejak kaki makhluk misterius di Devon, diklaim banyak orang sebagai jejak telapak kaki iblis. Laporan mengenai penampakan jejak ini muncul dari lima daerah di Distrik Devon, Inggris, mencapai radius ratusan mil dalam satu pagi yang dingin, 8 Februari 1855.
Laporan-laporan dari ratusan saksi mata mengalir ke kantor redaksi suratkabar lokal. Hingga akhirnya artikel mengenai jejak-jejak misterius di Devon dilansir beberapa media sebagai fenomena "The Devil's Footprints". Artikel-artikel ini menarik banyak ilmuwan, paranormal dan tentu saja turis yang penasaran. Benarkah itu merupakan jejak telapak kaki iblis?
Selama seratus lima puluh dua tahun, tak ada jawaban memuaskan mengenai fenomena ini. Banyak orang yang tetap percaya bahwa itu benar-benar jejak telapak kaki iblis hingga hari ini!
Sejumlah penelitian di masa itu dan akhir-akhir ini mungkin terkendala oleh tidak adanya bukti otentik. Walau ratusan orang memberikan deskripsi dan gambaran yang sama atau hampir sama tentang hal tersebut, namun memang tidak ada bukti berupa foto atau sampel yang bisa mendukung sebuah penelitian yang tak terbantahkan.
Begitupun, ada beberapa ahli yang mencoba memberi penjelasan terhadap fenomena misterius di Devon ini. Meramu sejumlah keterangan saksi mata, mereka menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang mencoba menjawab pertanyaan mengenai hal tersebut.
Teori Richard Owen
Sir Richard Owen (1804-1892), seorang ahli biologi, anatomi, paleontolog Inggris, tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena jejak telapak kaki iblis di Devon. Setelah fase penelitiannya selesai, ia menyimpulkan bahwa jejak itu tak lain adalah jejak kaki badger (semacam musang). Walau hewan ini cenderung berhibernasi saat musim dingin, namun dengan alasan tertentu, sesekali bisa juga menjelajah di udara dingin untuk mencari makan.
Badger selalu berjalan dengan cara yang unik. Walau ia berkaki empat, tetapi kaki belakangnya selalu menapak persis di bekas jejak kaki depannya. Ini yang menjelaskan mengapa jejak itu terlihat seperti bekas jejak makhluk berkaki dua.
Kelemahan fatal yang dilakukan Owen, bahwa ia tidak pernah melihat langsung jejak kaki di Devon kecuali dari ilustrasi yang dibuat rekannya dari bekas jejak yang telah mencair. Sebab bentuk telapak badger sama sekali tidak mirip dengan jejak segar yang terlihat di Devon.
Begitupun banyak naturalis dan ahli biologi yang senada dengannya bahwa itu adalah jejak makhluk sejenis musang atau jejak hewan pengerat langka, bangsa tikus atau tupai dan sejenisnya.
Teori Lain
Teori lain muncul dari seorang pendeta Henry Fudsen. Berdasarkan telaah terhadap bekas jejaknya, ia yakin itu adalah semacam jejak hewan buas dari kelompok satwa berkuku belah yang tergolong langka dan belum dikenali. Tidak ada landasan ilmiah lain yang menguatkan teorinya, kecuali upaya menentang soal fenomena iblis yang menampakkan diri di bumi.
Ahli dan peneliti lain juga hanya mengajukan kesimpulan dangkal seperti dugaan jenis kanguru yang lepas dari kebun binatang keliling yang saat itu berada di dekat Devon. Ada juga yang menganggap itu adalah jejak rubah, keledai yang ladamnya rusak, tikus, kelinci, burung dan banyak satwa lainnya. Namun tak ada yang benar-benar punya landasan metodologi penelitian ilmiah yang terpercaya atau melihat langsung jejak-jejak kaki di Devon saat masih segar, kecuali hanya menebak saja. Bahkan konyolnya, ada yang menganggap itu akibat tetesan hujan dan proses pembekuan yang cepat, sehingga menimbulkan efek seperti jejak. Tapi bagaimana mungkin bisa dalam lajur pola jejak seperti makhluk yang berjalan dengan kedua kaki sejauh ratusan mil?
Maka penduduk yang melihat langsung jejak-jejak kaki di Devon tetap berkeyakinan bahwa itu adalah jejak telapak kaki iblis. Menyiratkan pertanda buruk bahwa iblis berada di sekitar mereka dan menanti saat untuk menyeret manusia dalam "neraka" yang panas. Kisah ini kemudian diturunkan dari mulut ke mulut di saat musim dingin tiba dan menjadi legenda kekal di Devon, menunggu para ahli mengungkap kebenarannya sampai jejak baru muncul.
Jejak Lain di Luar Devon
Merebaknya isu jejak-jejak iblis di Devon sangat menggemparkan daratan Inggris. Kisah ini pun menyebar ke seluruh Benua Eropa. Diceritakan dari mulut ke mulut hingga menjadi sebuah legenda hingga saat ini.
Ternyata kisah mengenai jejak-jejak iblis bukan hanya muncul dari Devon. Lima belas tahun sebelumnya, di awal tahun 1840, fenomena sejenis pernah muncul di wilayah Scotlandia, tepatnya di gugus pegunungan pertemuan wilayah Glenorchy, Glenlyon dan Glenochay.
Jejak itu muncul di saat iklim dan cuaca sama dengan yang terjadi di Devon, yaitu ketika salju sedang tebal dan dingin begitu menusuk. Seketika penduduk wilayah perbukitan itu digemparkan dengan adanya jejak-jejak kaki dengan kuku berbelah dua mirip bentuk ladam kuda. Temuan ini bukan dilaporkan satu orang, namun oleh ratusan orang di wilayah yang terhampar sejauh 12 mil. Jejak-jejak ini pun sangat mirip dengan yang terlihat di Devon lima belas tahun kemudian.
Penampakan jejak sejenis juga dilaporkan dari wilayah Piaskowa-góra (Bukit Pasir) di lereng perbatasan Galicia, Rusia–Polandia, sebuah bukit di deretan gugus Pegunungan Carpathian, Eropa tengah. Setiap kali salju menebal dan musim dingin berada pada tahap puncaknya, jejak-jejak kaki makhluk misterius itu senantiasa terlihat.
Bahkan saat salju berlalu, jejak itu sesekali muncul di atas pasir wilayah perbukitan yang sepi itu. Laporan detail mengenai jejak ini muncul pada Maret 1855. Penduduk sekitar juga meyakini bahwa ini adalah jejak-jejak kaki iblis. Mungkin sesekali iblis keluar dari “teritorinya” yang panas dan muncul ke daerah salju untuk mencari udara dingin. Begitulah spekulasi warga. Anggapan bahwa itu adalah jejak-jejak iblis memang belum terbantahkan, bahkan oleh sejumlah ilmuwan. Mungkin karena tidak adanya bukti foto atau sampel dari wilayah kejadian, kecuali laporan para saksi mata yang jumlahnya ratusan, bahkan ribuan. Karena itu, hingga kini ia menjadi satu fenomena misterius yang belum terjawab.
sumber:
*dari berbagai sumber
Selasa, 19 Februari 2008
Atlantis, Misteri yang Abadi
Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang filsafat Yunani kuno bernama Plato (427 - 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus.
Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya,
di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.
Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.
Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.
Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar dan mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan, apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada dalam kehidupan di bumi ini?
Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga
menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan
Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang
hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?
Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti
telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia.
Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda.
Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?
Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ini ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.
Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung lainnya wanita.
Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah disilang di depan dada. Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.
Berkomunikasi dengan Hewan
Saya sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang hari lumba-lumba berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami. Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta keharmonisan masyarakat kami. Hanya sedikit orang pergi mendengarkan bahasa intelek lumba-lumba. Saya sering berenang bersama mereka, mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, serta mendengarkan nasihat mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui telepati. Energi mereka membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku kekuatan. Saya dapat berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya ingin pergi ke padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan memusatkan pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang ringan, saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.
Saya paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di atas kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat hubungan telepati. Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami acap kali bertukar pikiran, misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari bersama, rambut kami berterbangan tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, damai menimbulkan rasa hormat. Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi mempunyai pikiran atau maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan tetap demikian.
Saya sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa mengatakan kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada keseimbangan dan keharmonisan, semua orang saling menerima, saling mencintai, saat itu Unicorn akan kembali”.
Lingkungan yang Indah Permai
Di timur laut Atlantis terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas. Padang rumput ini menyebarkan aroma wangi yang lembut, dan saya suka duduk bermeditasi di sana. Aromanya begitu hangat. Kegunaan dari bunga segar sangat banyak, maka ditanam secara luas. Misalnya, bunga yang berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan saja sangat menggoda secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. Padang rumput ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan berkualitas tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka sejak tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.
Di lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah. Serendah apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting di dalam masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan memuji kemampuan orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam jenis kacang-kacangan juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah ahli botani, ahli gizi dan pakar makanan lainnya. Mereka bertanggung jawab menyediakan makanan bagi segenap peradaban kami.
Sebagian besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun dan tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap stabil. Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan pekerjaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka. Orang Atlantis menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini membuat emosi (perasaan) mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana hati saat depresi dapat diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh manusia terlahir untuk pekerjaan fisik, hal tersebut telah dibuktikan. Namun, selalu ada pengecualian, misalnya lelaki yang kewanitaan atau sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan membimbing orang-orang ini bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap orang akan menuju ke kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini merupakan hal yang paling mendasar.
Seluruh kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.
Teknologi yang Tinggi
Di Atlantis ada sarana terbang yang modelnya mirip “piring terbang” (UFO), mereka menggunakan medan magnet mengendalikan energi perputaran dan pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan katrol yang dapat ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip seperti kapal hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga menggunakan medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah tangga atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”
Atlantis adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian besar informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin, mereka memiliki kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip dengan stasiun satelit penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan mereka adalah duduk dan menerima informasi yang disalurkan dari tempat lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara saya mengoperasikan kristal besar, juga dikerjakan melalui hati.
Pengobatan yang Maju
Dalam peradaban ini, tidak ada penyakit yang parah. Metode pengobatan yang digunakan, semuanya menggunakan kristal, warna, musik, wewangian dan paduan ramuan, dengan mengembangkan efektivitas pengobatan secara keseluruhan.
Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah kamar khusus untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang terlatih baik dan berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar, sedangkan asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai untuk pasien.
Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir akan tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar energi pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera yang ada akan sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan” menyembuhkan indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera pendengaran, dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.
Pendidikan Anak yang Ketat
Saat bayi masih dalam kandungan, sudah diberikan suara, musik serta bimbingan kecerdasan pada zaman itu. Semasa dalam kandungan, “orang pintar” akan memberikan pengarahan kepada orang tua sang calon anak. Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat dan mendidiknya di rumah, menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari, anak-anak akan dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, melihat getaran warna dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran positif dan kisah bertema filosofis.
Pusat pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan anak, orang pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika usia mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas yang didambakan setiap orang.
Di seluruh wilayah, setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. Mereka menerima pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah terdapat lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau duduk, sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode lainnya adalah merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai mata ditayangkan berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode visualisasi seperti ini sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita kaset bawah sadar. Saat tubuh dan otak dalam keadaan rileks, pengetahuan mengalir masuk ke bagian memori otak besar. Ini merupakan salah satu metode belajar yang paling efektif, sebab ia telah menutup semua jalur informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang pintar” membimbing si murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, dan memudahkan melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap anak memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.
Pemikiran maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka. Semakin tinggi tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi getaran pada jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren, maka semakin mencerminkan kesadaran ekstrinsik maupun kesadaran terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka wawasan dunia yang positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut pada keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak dibenarkan.
Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter leluhur kami yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu. Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada risikonya, namun kita tidak boleh memaksa atau menghukum orang lain, sebab setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah pelindung kami.
Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya tidak bersuami. Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat seseorang, maka akan melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur. Ini adalah bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula tubuh kami secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat hidup hingga berusia 200 tahun lamanya.
Ada juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui bahwa ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang sangat cemas dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif. Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak matang.
Teknologi Maju yang Lalim
Pada masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal. Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun, adalah sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan. Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.
Empat unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka “mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur pokok dasar pada bintang tersebut.
Menjelang Hari Kiamat
Ramalan “kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang pintar dan yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir dari peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran, Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami dapat pergi dengan aman ke barat.
Banyak orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan merupakan bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun, setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.
Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis, sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa abad.
Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir, bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran api merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang tenggelam. Air laut bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah menenggelamkan daratan.
Sumber Kehancuran
Lewat ingatan Inggrid Benette, diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan peradaban kita sekarang, bahkan pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu pengetahuan modern, sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan dengan masa kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan, bahkan mempunyai kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan hewan, yang diperhatikan orang sekarang adalah pintar dan berbakat, dicekoki berbagai pengetahuan, namun mengabaikan kekuatan dalam.
Bangsa Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan penyebab utama tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai punahnya peradaban Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato menggambarkan kehancuran Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia, keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia, peraturan hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa sebelumnya, tiang tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa Laut. Namun masyarakat Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja dewa palsu menjadi serakah, maunya hidup enak dan menolak kerja dengan hidup berfoya-foya dan serba mewah.”
Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti oleh gelora nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati keberuntungan besar itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang yang arif dapat melihat akhlak bangsa Atlantis yang makin hari makin merosot, kebajikan mereka yang alamiah perlahan-lahan hilang, tapi orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, tak dapat membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas karunia Tuhan.”
Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir manusia, banyak yang tahu sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang mengabaikannya, maka timbul kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil orang berbuat kesalahan tidak begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika sebagian besar orang “mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan” selanjutnya diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia, moral masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.
Kita sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal kehidupan hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia materi yang nyata, dan mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna kehidupan sejati, berangsur menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil, seperti ilmuwan Atlantis, segelintir orang tunduk pada keserakahan, tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan dan kemuliaan, mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup. Apakah kita sedang berbuat kesalahan yang sama?
sumber:
- mayapadaprana@yahoogroups.com
- http://golden-era.blogspot.com
- www.malesbanget.com
- www.atlan.org
- serta dari berbagai sumber
Jumat, 15 Februari 2008
Mokele Mbembe
MONSTER DARI KONGO
Selain Nessie dari Danau Loch Ness, ternyata di rimba Kongo ditemukan makhluk sejenis. Penduduk lokal menyebutnya mokele-mbembe. Namun, mirip Nessie, keberadaannya masih misterius. Bukti masih beredar dari "mulut ke telinga".
Cerita mokele-mbembe penghuni dasar danau ini berawal sejak tahun 1776, ketika sebuah cetakan jejak telapak kaki sepanjang sekitar 1 m ditemukan di permukaan lumpur di tepi sungai. Sebelumnya, ingatan kolektif soal ini sudah beredar di kalangan penduduk pribumi.
Dalam bahasa Lingala (salah satu bahasa di Kongo), mokele-mbembe berarti dia yang dapat menghentikan arus sungai. Dengan bangun tubuh sebesar kuda nil atau gajah afrika sepanjang 5 - 10 m arti tadi tidaklah berlebihan. Sosoknya umum digambarkan mirip sauropoda, yakni dinosaurus terbesar pemakan tumbuhan. Panjang leher hampir sama panjang ekornya, antara 1,6 - 3,3 m. Ada yang menggambarkannya berjumbai di kepalanya, mirip jengger ayam jantan. Bahkan ada yang mengaku melihat sepasang tanduk di kepalanya. Warna tubuhnya antara abu-abu hingga cokelat kemerahan. Kulitnya tebal, licin, dan tidak berambut.
Mokele-mbembe hidup di telaga atau daerah berawa-rawa di dekat sungai. Raksasa ini sering menyeberangi danau saat pindah dari sungai satu ke sungai lain. Seperti sauropoda, mokele memakan tumbuhan rawa. Makanan kesukaannya pohon malombo, yang terdiri atas Landolphia manii dan L. owariensis.
Mokele menjadi misteri karena jarang menampakkan diri. Seperti Nessie, ia lebih suka ngumpet di dalam air danau. Ia muncul saat kelaparan atau pindah ke lain rawa. Karena minim saksi itulah, banyak yang bilang binatang ini tak lebih dari kuda nil. Namun, orang-orang Pigmi penghuni daerah aliran sungai Likouala (Kongo) ngotot itu bukanlah kuda nil. Jadilah kita terbengong-bengong! Masak orang asli di situ tidak bisa membedakannya dengan kuda nil? Apalagi mereka bilang mokele justru akan membunuh kuda nil yang dijumpainya. Jadi, mokele-mbembe itu benar-benar ada?
Itulah susahnya. Padahal tak kurang dari orang luar Afrika yang memberikan keterangan. Tahun 1913, Freiherr von Stein zu Lausnitz dikirim Pemerintah Jerman untuk mengeksplorasi Kamerun. Di sinilah ia mendengar cerita penduduk tentang mokele-mbembe yang menghuni daerah di sekitar Sungai Ubangi, Sangha, dan Ikelemba (Kongo). Menurut cerita yang sampai ke telinganya, binatang ini sebesar gajah atau kuda nil, tapi berleher panjang. Giginya hanya satu, tapi amat panjang, sampai-sampai orang menganggapnya itu tanduk. Mokele-mbembe juga memiliki ekor seperti buaya. Serunya lagi, von Stein mengaku melihat jejaknya di Sungai Ssombo.
Cuma batang kayu ?
Dibandingkan dengan Nessie, mokele-mbembe memang kalah populer. Situs google.com, misalnya, memberikan sekitar 136.000 halaman mengenai monster dari Danau Loch Ness itu. Sementara kapling mokele-mbembe cuma 2.020 halaman. Selama ini cerita tentang monster ini hanya berasal dari penduduk di sekitar sungai di pedalaman Kongo. Seiring dengan masuknya pendatang, cerita tentang mokele pun bertambah.
Herman Reguster, seorang penjelajah berkebangsaan Jerman, mengaku berhasil memotret binatang itu di Telaga Tele pada tahun 1980. Sayang, jepretannya tidak bicara banyak. Justru menimbulkan keraguan karena banyak yang melihatnya sebagai punggung buaya. Ngenes-nya lagi, ada yang bilang itu hanyalah batang kayu! Toh Reguster ngotot dengan keyakinannya, sambil menyodorkan bukti tambahan berupa cetakan gips jejak kaki mokele-mbembe.
Sebelum kedatangan Herman Reguster, terhitung sudah puluhan ekspedisi diadakan. Tujuannya menemukan mokele-mbembe atau kerabatnya di jantung Afrika. Amerika, Jerman, Jepang, bahkan Afrika sendiri pun berlomba-lomba menguak "harta karun" kerabat brontosaurus ini. Tapi ya itu tadi, semakin banyak upaya semakin sedikit yang bisa diperoleh.
Ekspedisi paling awal dilakukan oleh Carl Hagenbeck, naturalis berkebangsaan Jerman pada 1909. Hagenbeck kesengsem pada mokele-mbembe setelah mendengarkan cerita dari sohibnya, Hans Schomburg, penjelajah asal Inggris. "Binatang-nya besar, setengah gajah setengah naga. Hidupnya di rawa-rawa Kongo," begitu cerita yang membangkitkan semangat ingin tahunya Schomburg. Sayang, nafsu besar tak didukung stamina dan persiapan yang matang. Hagenback tidak dapat meneruskan ekspedisinya karena penyakit dan serangan dari penduduk pribumi.
Dua tahun kemudian, Smithsonian Institution di Washington, D.C. pun tertarik menguak binatang "serba setengah" ini. Dikirimkanlah 32 orang anggotanya. Enam hari mengubek-ubek hutan perawan Afrika, yang diperolehnya hanya jejak-jejak raksasa dan suara yang - menurut mereka - tidak serupa dengan suara binatang mana pun yang pernah dikenal.
Sama seperti Hagenback, ekspedisi ini juga kandas di tengah jalan. Penyebabnya, saat menumpang kereta api menuju daerah yang diklaim oleh peduduk lokal sebagai basisnya mokele-mbembe, gerbong kereta terbalik dan menewaskan empat anggota ekspedisi. Enam anggota lainnya menderita luka-luka.
Sepeninggal Smithsonian masih banyak ekspedisi dilakukan. Tahun 1932, Ivan Sanderson melakukan penjelajahan di Afrika dan menemukan jejak raksasa yang mirip jejak kuda nil. Padahal di daerah itu tidak ditemukan kuda nil. Menurut penduduk setempat, jejak itu milik mgbulueM'bembe. Jejak serupa ternyata ditemukan pula oleh James H. Powell, yang dua kali mengadakan ekspedisi (1972 dan 1976). Ketika ia menunjukkan gambar dinosaurus sauropoda, penduduk mengenalinya sebagai mokele-mbembe.
Tahun 1983 Marcellin Agnagna dari Kongo membuat kemajuan yang berarti dalam ekspedisinya. Ia melihat binatang raksasa yang keluar dari danau pada jarak sekitar 275 m. Kepala makhluk itu berwarna kemerahan dan mirip kepala buaya dengan mata lonjong. Ia yakin, binatang itu sejenis reptil, tapi bukan buaya, kura-kura, atau ular raksasa. Tahun 1987, sebuah tim dari Jepang mencoba merekam mokele-mbembe dengan kamera video. Sayangnya, hasil bidikan mereka kurang jelas dan tidak meyakinkan.
Tidak sendirian
Mencari mokele-mbembe ibarat menemukan jarum di tumpukan jerami. Kondisi hutan Kongo yang rapat menyulitkan upaya itu. "Panas, peyakit, penduduk pribumi liar, serta takhayul berada di sekeliling mokele-mbembe," kata Bill Gibbons, penjelajah yang ikut-ikutan mencari mokele. Hampir separuh wilayah Kongo tertutup hutan lebat yang nyaris tidak berubah selama 60 juta tahun lamanya.Hutannya juga dipenuhi pohon berharga jual tinggi, seperti pohon mahogani dan limba. Jalan dan perkampungan sangat jarang ditemukan. Bahkan pemandu dan penduduk pribumi sering menolak mengantar peneliti masuk hutan meski dibayar mahal. Hutan perawan sepanjang Sungai Kongo adalah yang terganas, terpanas, dan paling jarang dikunjungi penjelajah. Jika memang benar ada, di sinilah tempat yang tepat bagi dinosaurus.
Wajar saja jika dari daerah yang tertutup itu berhembus cerita tentang monster atau makhluk sisa-sisa peradaban masa lampau. Mokele-mbembe tidak sendirian. Penduduk pribumi juga mengenal emelantouka, yang digambarkan sebagai pembunuh gajah atau gajah air. Makhluk ini mirip dinosaurus bertanduk, sosoknya sebesar gajah dan dengan tanduknya bisa membunuh gajah atau badak.
Dalam bukunya Eighteen Years on Lake Bangweulu, C.G. James melaporkan bahwa emelantouka hidup di Danau Bangweulu, Mweru, serta rawa-rawa Kafue di Zambia, juga di D. Tanganyika (Tanzania). Tahun 1933, menurut J.E. Hughes, penduduk Wa-Ushi pernah membunuh makhluk serupa di Sungai Luapula, yang terletak antara Danau Mweru dan Bangwelu di perbatasan Zaire dan Zambia.
Si pembunuh gajah ini ternyata juga dikenal di sekitar Danau Edward wilayah Zaire dan Uganda. Konon, pada tahun 1934, binatang yang dikenal dengan irizima ini terbunuh di Dongou, Kongo Utara. Selain di Dongou, binatang yang digambarkan sebagai kuda nil bertanduk ini sering muncul pula di daerah Epena dan Imfondo, masih di Kongo Utara.
Uniknya, meskipun mirip badak (karena tanduknya mirip cula), culanya tidak berambut seperti cula badak, melainkan mirip gading gajah. Roy P. Machal, ahli cryptozooid (ilmu yang mempelajari binatang misterius), yakin bahwa binatang yang di Kafue dikenal dengan chipekwe, sisa-sisa dinosaurus bertanduk seperti tricerops. Mungkin sejenis monoclonius atau centrosaurus.
Monster lain yang sering disebut-sebut adalah mbielu-mbielu-mbielu. Tampangnya mirip stegosaurus, binatang yang dipercaya memiliki lempengan keras di punggungnya. Dinosaurus ini lebih jarang dikenal karena lebih sering berendam di dalam air sungai. Hanya lempeng di punggungnya yang kelihatan. Ada monster lagi yang bernama nguma monene, piton raksasa. Cuma berbeda dengan ular sejenisnya, di punggung makhluk berpanjang antara 40 - 60 m ini terdapat semacam sisik tegak.
Wah, kalau begitu bukan ular dong! Cocoknya kadal raksasa. Penduduk sekitar biasanya menyamakan nguma monene ini dengan mbielu-mbielu-mbielu. Kedua monster ini hidup di daerah Sungai Dongou-Mataba di Republik Rakyat Kongo.
Menemukan danau baru
Karena minim bukti, banyak orang kemudian tidak yakin apakah monster-monster tadi benar-benar ada. Menurut Redmond O'Hanlon, penulis dan penjelajah Inggris, mungkin saja para saksi yang mengaku melihat binatang ini keliru melihat gajah liar. Robert T. Bakker, paleontolog dan penulis buku The Dinosaur Heresies juga menyangsikan adanya dinosaurus yang masih hidup. "Dinosaurus tidak bakal bertahan hidup sekarang. Mereka kalah bersaing dengan mamalia," tegasnya.
Toh pencarian mokele-mbembe tetap saja dilakukan. Dampak positifnya, ditemukannya binatang-binatang baru seperti yang dialami William J. Gibbons kala melakukan penyelidikan di Kongo. Ia menemukan sisa-sisa tubuh monyet yang tidak dikenal sebelumnya. Setelah dibawa ke Inggris, para pakar binatang menyimpulkan bahwa monyet itu adalah spesies mangabey jenis baru (Cerocebus galeritus). Gibbon juga menemukan banyak spesies serangga dan ikan yang belum dikenal. Ekspedisi berikutnya, tahun 1992, bahkan menemukan dua danau baru yang sebelumnya tidak masuk peta: Danau Fouloukuo dan Tibeke.
Mereka yang percaya mokele-mbembe benar-benar ada mengacu kepada ditemukannya antelop jenis baru di Vietnam (Dunia yang Hilang di Vu Quang ). "Kemungkinan menemukan binatang besar jenis baru masih terbuka," ujar Adam Davies dari Manchester. "Jika kami menemukan mokele, kami takkan mengusiknya. Tujuan utama kami adalah mendapatkan deskripsi akurat dan fotonya. Kemudian kami akan mengusulkan perlindungan menyeluruh bagi seluruh areal," janji Davies.
Davies tergabung dalam Tim Ove Sundberg, sebuah tim gabungan dari Swedia yang ahli meneliti reptilia langka. Tim ini telah meneliti mokele-mbembe sejak tahun 2000. Ketuanya Jan-Ove Sundberg, ahli cryptozoologi yang pernah memburu monster laut di Danau Seljordvatnett di Norwegia.
Kendati diramalkan bakal menemui kegagalan, tim ini tetap optimistis. "Kita sedang menjelajahi sebuah daerah seluas dua kali Belgia yang tidak berubah selama jutaan tahun. Jika kita menemukan makhluk ini, akan menjadi sebuah alasan sangat kuat untuk melindungi seluruh habitatnya dari tekanan ekonomi," kembali Davies yang pernah memburu orang pendek sumatra berjanji.
sumber:
wikipedia,intsri,dan dari berbagai sumber
Senin, 11 Februari 2008
Kapal Hantu "THE FLYING DUTCHMAN"
Sebelum namanya terkenal lewat trilogi layar lebar Pirates of the Carribean, The Flying Dutchman lebih dulu populer sebagai hantu bajak laut yang ditakuti warga lautan dalam kartun Spongebob Squarepants. Dan berbeda dengan anggapan kebanyakan orang, nama tersebut merupakan nama sebuah kapal bukan nama orang. Sebetulnya dari mana asalnya legenda Flying Dutchman? Mengapa kapal hantu ini (menurut legenda) terus mengarungi lautan tanpa kenal lelah? Dan apakah betul kapten dari Flying Dutchman menjadi biang keladi yang membuat seluruh penghuni kapal itu gentayangan?
Sejarah Mitos dan Legenda
Catatan sejarah ternyata memuat banyak versi cerita dari Flying Dutchman. Salah satu yang tertua adalah kisah mengenai para pelaut belanda yang sangat ambisius dalam menaklukan lautan. Pada abad 1500-1600, jauh sebelum inggris memiliki armada laut yang kuat, Belanda dikenal sebagai penakluk lautan. Disebutkan bahwa kapten Van Straaten adalah kapten yang teladan dan giat dalam mengarungi laut serta samudra, dan bersedia untuk mempertaruhkan segalanya demi menjadi kapten terkuat . Namun karena keserakahan dan keangkuhannya maka Van straaten dihukum oleh alam untuk hidup selamanya di atas kapal tanpa bisa berlabuh ke dermaga!! Kabarnya kapal miliknya yang dinamai The Flying Dutchman sering berkeliaran di daerah Cape of Good Hope dibagian selatan Afrika. Dalam mitos setempat, kapal hantu Van Straaten dapat menularkan kutukan. Alhasil, para nelayan maupun pelaut dianjurkan untuk mengubah haluan jika mereka berpapasan dengan kapal milik Van Straaten.
Lebih lanjut lagi, pada tahun 1821 ditemukan catatan tertulis pertama mengenai kisah Flying Dutchman. Dalam salah satu edisi Blackwood's Magazine yang terbit pada bulan mei di tahun tersebut, diceritakan bahwa sebuah armada laut Belanda dikutuk karena telah menantang alam . Hendrik Van Der Decken merupakan kapten dari armada itu. Cikal bakal terjadinya tragedi kutukan ini adalah ambisi Van Der Decken untuk menyelesaikan misi menemukan Cape of Good Hope. Namun sedikit berbeda dengan mitos tua Flying Dutchman, Blackwood's Magazine menjabarkan lebih banyak detail mengenai perjalanan sang kapten. 7 tahun setelah misi diberikan, Van Der Decken belum juga menemukan Cape of Good Hope. Walaupun para awak kapal sudah merasa putus asa, Namun karena sang kapten mempunyai sifat yang sangat tegas maka tidak ada seorangpun yang berani menentang keinginannya. Sampai suatu malam Van Der Decken berhasil menemukan letak Cape of Good Hope dengan bantuan teleskop. Namun untuk mencapainya maka ia harus melewati badai yang menghadang di depannya. Karena merasa kesal akhirnya Van Der Decken mengumpat pada angin kencang yang menghadangnya.
Tidak lama setelah itu sebuah kapal kecil berpapasan dengan kapal Van Der Decken, dan nelayan di kapal kecil tersebut memperingati sang kapten untuk tidak meneruskan perjalanan malam itu. Bukannya mematuhi atau setidaknya menghormati saran si nelayan, Van Der Decken malah kembali mengumpat bahwa ia lebih memilih dikutuk untuk berlayar selamanya sampai hari kiamat tiba dari pada harus kalah dari alam. Seketika itu pula, betapapun sekerasnya usaha Van Der Decken namun ia beserta awak kapalnya tidak pernah dapat menemukan dermaga untuk berlabuh. Beberapa kisah menyebutkan bahwa Van Der Decken sebenarnya tidak dikutuk dan bahkan ia hampir berhasil berlabuh. Tetapi sayangnya semua awak kapalnya terkena wabah pes sehingga mereka tidak dapat diperbolehkan untuk berlabuh karena takut akan menularkan penyakit itu pada penduduk kota. Karena tidak mendapatkan pertolongan, seluruh awak kapalnya beserta sang kapten akhirnya meninggal dalam pelayaran di tengah lautan. Rasa sakit hati membuat mereka menjadi arwah penasaran yang terus mengarungi lautan dengan kapal hantunya. Versi lai mencatat bahwa terjadi pembunuhan sadis dikapal Van Der Decken yang memakan korban seluruh penghuninya!!
Beberapa catatan sejarah jadul lainnya mengatakan bahwa seorang kapten belanda bernama Bernard Fokke disinyalir menjadi kapten Flying Dutchman lainnya. Fokke juga digambarkan sebagai kapten yang sangat piawai dalam mengarungi lautan. Dikisahkan bahwa Fokke dapat berlayar dari Holland sampai ke pulau Jawa hanya dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini sangat mengherankan banyak pihak karena pada masa itu, kapal tercepat saja butuh waktu cukup lama untuk mencapai Jawa. Kepiwaiannya tersebut kemudian dicurigai oleh banyak orang bahwa Fokke sebetulnya bekerja sama dengan para iblis sehingga kapalnya dapat berlayar cepat.
Penampakan The Flying Dutchman
Apapun Versi ceritanya, The Flying Dutchman tetap dikenal sebagai kapal hantu yang sangat menyeramkan. Kisah mengenai Flying Dutchman juga dilengkapi dengan beberapa catatan penampakan. Salah satu yang paling terkenal adalah catatan dari Prince George of Wales yang kemudian dikenal sebagai King George V of United Kingdom. Catatan yang dibuat pada kisaran abad 1900-2000 tersebut mengatakan bahwa Prince George yang tengah berlayar dengan adiknya, Prince Albert Victor of Wales, melihat sebuah kapal aneh didekat perairan Australia. Dari atas Bacchante, kapal yang dinaiki George, 13 orang juga mengaku melihat sebuah kapal yang diselimuti kabut aneh pada saat subuh. Tidak hanya suram, kapal yang disinyalir sebagai The Flying Dutchman tersebut diliputi kilauan aura berwarna merah darah!! Namun karena tebalnya kabut yang terjadi, seluruh awak kapal aneh tersebut tidak terlihat jelas. Karena penasaran maka Prince George memerintahkan beberapa awak kapalnya untuk mendekati kapal tadi dengan memakai sekoci, namun mereka tidak berhasil menemukan siapapun. Dan dalam sekejap kapal aneh itu hilang ditelan kabut, padahal harusnya kapal sebesar itu masih dapat dilihat teleskop dalam jarak 200 yard!!
Mitos Cinta Sang Kapten
Lalu bagaimana dengan kisah Davy Jones, kapten Flying Dutchman dalam Pirates of Carribean yang ternyata memiliki tragedi cinta dengan dewi laut bernama Calypso? Apakah kisah tersebut hanya karangan sang pencipta film belaka? Tidak sepenuhnya betul, tapi juga tidak seluruhnya salah. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pengarang-pengarang dunia yang mengadaptasi legenda Flying Dutchman. Oleh karena itu versi dalam kapal hantu tersebut semakin beragam. Pada tahun 1980-an, seorang pengarang sekaligus aktivis lakon drama bernama Fitzball ikut mengadaptasi kisah Flying Dutchman. Untuk membuat kisah drama buatannya semakin dramatis maka disisipkan cerita bahwa sang kapten kapal menaruh cinta untuk seorang wanita yang pernah menolongnya. Tetapi akibat kutukan untuk berlayar selamanya, sang kapten akhirnya hanya memiliki kesempatan untuk menemui sang kekasih setiap 7 tahun sekali.
sumber : wikipedia , GS
Senin, 04 Februari 2008
DOPPELGANGER
Definisi Dari Doppelganger
istilah doppelganger, atau biasa ditulis sebagai doppleganger dan doppelgaenger, berasal bahasa jerman yang merupakan gabungan dari kata doppel (double) dan ganger (walker). Term ini digunakan untuk mendeskripsikan sesosok hantu yang berpenampilan sangat mirip dengan seseorang, namun lebih sering dikaitkan dengan kembaran jahat milik setiap individu. Istilah doppelganger juga dipakai untuk menggambarkan kejadian dimana seseorang melihat diri sendiri dalam wujud nyata dan bukan refleksi. Beberapa mitologi memiliki banyak cerita tentang mahluk tersebut. Contohnya adalah vardoger yang terdapat dalam mitologi bangsa Norse, hantu yang sifatnya sama dengan doppelganger dimana mahluk tersebut mengambil rupa serta mempunyai gerak-gerik sama persis dengan orang yang ditirunya.
Refleksi jadi ciri utama untuk membedakan manusia asli dengan doppelganger, dimana si kembaran palsu biasanya digambarkan tidak memiliki pantulan dicermin atau air. Para doppelganger biasanya memberikan saran atau nasihat pada orang yang ditirunya tapi berupa arahan yang sesat. Mereka juga bisa menciptakan ide dan menyalurkan pada korban atau kerabat orang yang ditiru dengan tujuan untuk membuat mereka binggung. Dalam beberapa kasus, orang yang melihat kembaran mistisnya sendiri (meski sekali saja) maka ia akan terus dihantui oleh sosok tersebut. Kejadian melihat doppelganger juga biasa diartikan sebagai pertanda buruk. Jika yang melihat doppleganger adalah kerabat atau teman maka itu merupakan pertanda bahwa orang yang ditirunya akan menderita sakit atau terancam bahaya. Jika orang melihat doppelganger -nya sendiri, itu adalah pertanda bahwa ia akan mati dalam waktu dekat. Pasalnya, doppelganger dikenal sering membawa halburuk dan berkomunikasi dengan mereka merupakan tindakan nekat!!
Doppelganger Dalam Karya Fiksi
Doppelganger muncul dengan banyak variasi dalam berbagai karya fiksi, mulai dari novel The Double, Season of Migration dan The North karya Fyodor Dostoyevsky, sampai Invisibel Man karya Ralph Ellison. Dalam kemasan paling sederhana, doppelganger adalah kasus dimana terdapat kesalahpahaman akan identitas seseorang. Dalam novel Twelft Night dan A Tale o Two Cities misalnya, doppelganger bukan digambarkan seperti hantu melainkan kerabat yang memiliki wajah yang betul-betul identik, atau orang yang secara kebetulan memiliki wajah sama walau tidak memiliki hubungan darah. Sementara dalam cerita berbau mistis, doppelganger pada umumnya memiliki sifat yang jahat. Si kembaran akan melakukan kejahatan lalu melarikan diri, sehingga si orang asli akan tertimpa tuduhan kejahatan yang tidak dilakukanya. Ada pula cerita yang mengisahkan si doppelganger sampai berusaha untuk membunuh kembaranya agar bisa eksis dengan sempurna.
Versi lain dari doppelganger dalam dunia fiksi adalah shapeshifter, mahluk yang dapat mengubah diri menjadi siapa saja. Ada juga yang menceritakan bahwa shapeshifter ialah suatu ras anomali yang memiliki kemampuan meniru yang luar biasa. Beragam karya literatur bernuansa science fiction mencoba menjelaskan fenomena doppelganger dengan banyak cara yang terasa lebih logis. Seperti mengkaitkanya dengan cloning, keberadaan ganda akibat time travel atau parrallel universe. Dengan kata lain, doppelganger sebetulnya bukan sosok mistis melainkan 2 orang yang sama tetapi berasal dari dimensi waktu atau dunia yang beda.
Penampakan Doppelganger Dalam Sejarah
Kasus Emilie Sagee adalah salah satu laporan kemunculan doppelganger paling fenomenal karena disaksikan oleh 10 orang lebih. Laporan ini ditulis oleh Robert Dale Owen dengan narasumber Julie von Guldenstubbe, seorang keturunan aristocrat Latvian. Diceritakan bahwa pada tahun 1845, Von Guldenstubbe yang saat itu berumur 13 tahun bersama murid-murid lainnya yang berjumlah antara 13 sampai 42 orang, menyaksikan gurunya yang bernama Emilie Sagee muncul tengah hari di sekolahnya, Pensionat von Neuwelcke. Padahal saat itu sang guru harusnya tengah terbaring karena sakit keras!! Beberapa aksi kembaran sagee yang dilaporkan adalah:
. Muncul dengan tampilan sangat sehat sementara sagee sedang sakit parah.
. Muncul dengan tubuh lengkap namun tidak dapat disentuh. Salah seorang murid yang
mencoba menyentuhnya malah berjalan tembus melewati tubuh si doppelganger.
Sosok-sosok doppelganger, selain muncul di tengah masyarakat biasa, juga pernah menghampiri orang-orang besar dalam sejarah. Dalam dua versi biografi, Abraham Lincoln pun pernah melihat kembaran dirinya sendiri. Misalnya dalam versi Carl Sanburg dimana setelah di terjemahkan, tertulis:
Sebuah mimpi aneh atau ilusi menghantui Lincoln di sebuah musim dingin. Pada suatu malam melewati masa pemilu, LIncoln merebahkan dirinya di sebuah sofa dirumahnya, tidak lama setelah sebuah telegram tertanggal 6 November mengabarkan terpilihnya ia sebagai Presiden. Saat beristirahat, Lincoln memandang sebuah cermin yang berada di sebrangnya lalu melihat dirinya sendiri, tapi dengan dua wajah.
Hal tersebut menggangunya, lalu ketika ia bangun, bayangan tersebut menghilang; namun muncul lagi ketika Lincoln kembali merebahkan diri. Sama, dua wajah, dimana yang satu lebih pucat dari yang lain. Lincoln bangun lagi, masih tenggelam dalam sensasi memenangkan pemilu, melupakan sejenak si bayangan. Tapi fenomena penampakan ganda dirinya terus muncul dan menghantui dirinya. Lincoln memberi tahu istrinya mengenai hal tersebut.
Beberapa hari setelahnya Lincoln mencoba melihat kembali, bayangan dengan dua wajahnya muncul untuk terakhir kalinya. Setelah momen itu, sosok bayangan kembar misterius tidak pernah muncul kembali. Lincoln kembali bercerita pada istrinya bahwa ia merasa penampakan tersebut adalah pertanda bahwa ia akan kembali dipilih di pemilu kedua, namun wajah yang pucat menandakan bahwa ia tidak akan hidup lama dalam jangka memimpin keduanya.
Apakah sebenarnya sebenarnya bayangan yang dilihat Lincoln adalah doppelganger, hal tersebut masih disangsikan. Sanggahan lainya untuk kasus ini adalah bahwa Lincoln menderita vertical strabismus di mata kirinya, sebuah kelainan yang dapat mengaburkan tampilan objek vertikal.
Investigasi Sains, Psikologis dan Filosofis
Pada bulan september 2006 dilaporkan bahwa Shahar Arzy dan beberapa rekannya dari University Hospital, Geneva, Switzerland, telah menemukan penyebab fenomena doppelganger dengan jalan menstimulasi otak pasien dengan gelombang elektromanetik. Ia mengaplikasikan stimulasi elektris pada bagian cabang otak temporoparietal sebelah kiri kepada seorang pasien wanita yang diminta berbaring. Si pasien merasakan kehadiran orang lain di extrapersonal space. Tidak seperti penderita epilepsi yang memang banyak dirawat di tempat tersebut, pasien wanita tersebut benar-benar sehat. kembaranya itu digambarkan si pasien memiliki tampilan lebih muda, tidak jelas laki-laki atau perempuan, tidak bergerak, dengan postur tubuh yang mirip dengan dirinya. Orang itu berada tepat di belakangnya , bahkan hampir menyentuh dirinya!! Stimulasi elektris kedua diaplikasikan dengan tingkat intensitas yang lebih tinggi dimana posisi pasien tetap berbaring dengan tangan yang diikat. Kali ini si pasien merasakan kehadiran seorang pria yang memegang tanganya erat-erat!! Terakhir, dalam posisi duduk, stimulasi elektris kembali dilakukan ketika si pasien diminta untuk menyelesaikan serangkaian tes bahasa dengan satu set kartu. Si pasien merasakan kehadiran orang lain yang duduk dibelakangnya dan meminta dirinya untuk tidak membaca!!
Arzy menyimpulkan bahwa ketika bagian cabang temporoparietal terganggu maka sensasi kehadiran orang lain yang serupa dengan si penderita akan muncul. Ia memaparkan bahwa fenomena doppelganger dapat dipicu oleh kelainan mental seperti schizophrenia, yang berkelanjutan dengan paranoia dan delusi. Singkatnya, fenomena doppelganger mungkin disebabkan oleh adanya gangguan pada cabang temporoparietal di sebelah kiri.
sumber :
Wikipedia , GS